Saturday, April 2, 2016

Sejarah Psikodiagnostik
Penggunaan psikodiagnostik menurut sejarahnya memang telah digunakan dalam berbagai periode waktu. Hal ini dimulai tahun 2200 sebelum masehi di Cina sampai dengan penggunaan yang lebih modern yaitu pada abad 19.
Sejarah Penggunaan Psikodiagnostik di Cina
Pada tahun 2200 SM, memang belum ada istilah psikodiagnostik untuk menjelaskan berbagai hal yang dilakukan untuk melakukan seleksi terhadap pegawai sipil kerajaan. Namun demikian proses seleksi untuk memilih pegawai sipil, merupakan suatu penjelasan awal bahwa psikodiagnostik telah digunakan sejak bertahun-tahun yang lalu.
Menurut Dubois (1970 dalam Terlack) bahwa pada tahun 2200 sebelum masehi di Cina memiliki sebuah sistem ujian untuk memilih pegawai sipil. Ujian tersebut meliputi pengetahuan tentang ilmu klasik, masalah administrasi dan manajerial yang ingin dipecahkan. Disini seorang kandidat harus memecahkan masalah yang berbelit-belit dengan menggunakan pengetahuannya tentang ilmu klasik. Sedangkan untuk pegawai militer, selain hal-hal tersebut diatas juga diadakan ujian mengenai pengetahuan kemampuan bertempur dan membunuh lawan. Sementara itu, selain menguji pengetahuannya, kekaisaran Cina juga menguji kebugaran fisiknya, untuk memilih posisi yang penting.
Perkembangan Abad 19
Saat itu diagnosa psikologi dikaitkan dengan psikiatri (ilmu penyakit jiwa). Psikiater adalah dokter medis yang harus berhadapan dengan gangguan perilaku, kognitif, dan emosional dengan beberapa metodenya masing-masing. Misalnya Rieger (tes intelegensi), Kraepelin (penilaian kelelahan dan keletihan; tes kepribadian (Multiphasic Personality Inventory)), Jung (asosiasi bebas), dan Rorschach (metode Inkblots untuk schizophrenia).
Pada awal abad 19 psikiatris memisahkan keterbelakangan mental dari gangguan psikiatris.

Perkembangan Abad 19 Sejarah Psikodiagnostik dipandang dari beberapa tokoh dan peristiwa yang berhubungan
Psikodiagnostik sebenarnya telah berkembang seratus tahun yang lalu, walaupun disebutkan bahwa Jermanlah tempat lahir psikodiagnostik dan psikologi. Perkembangan psikologi sendiri juga didukung oleh Inggris, Prancis, dan Amerika. Misalnya Sir Francis Galton (dikenal sebagai penemu tes mental dan bapak Psikometri), dan James M. Cattel (tokoh Individual Differences).
Sebelum pertengahan abad 20 perang dunia ke-2 berlanjut. Saat itu penyediaan mesin dilakukan secara besar-besaran untuk membunuh. Namun hal itu tidak menjadi perhatian psikodiagnostik. Mereka memenuhi permintaan masyarakat dalam hal penyeleksian orang di beberapa sektor serta pengembangan tes.
Tes Pertama Galton (Non-practical)
Galton adalah orang pertama yang mengembangkan tes di mana tujuan utamanya bukan tentang practical problem. Dia tertarik dengan teori-teori Charles Darwin dan memfokuskan pada karakteristik msanusia yang merupakan mental capacity. Mental capacity diukur menggunakan suatu konsep waktu dan usia. Tahun 1883, ia menulis buku “Inquiries into Human Faculty and Its Development” yang berisi langkah-langkah melakukan tes. Ia memakai pengukuran fisik dan perilaku untuk mengukur fenomena seperti kecantikan, kepribadian, dan pelajaran yang membosankan. Ia juga mengemukakan prosedur untuk mengukur efektivitas doa.
Tes Mental James M. Cattel di Amerika Serikat
Sebelum akhirnya lebih memilih Galton sebgai gurunya karena tertarik pada Individual Differences, Cattel pernah belajar pada Wundt. Ia mengenalkan tes mantal yang merupakan perbaikan dari tes Galton. Meskipun tampak aneh tes itu dapat mengukur secara akurat pada :
·         Kekuatan tangan dalam menggenggam dinamometer
·         Kecepatan gerakan tangan pada 50 cm
·         Jumlah tekanan agar bisa merasakan sakit jika ujung karet yang keras dipukulkan ke dahi, dll.
Menurutnya mustahil untuk membedakan antara energi tubuh dengan energi mental. Tes pertamanya berfungsi mengukur konsekuensi psikofisik dan bias indera.
Pengukuran Intelegensi Binet
Binet (1857-1911) selalu dihubungkan dengan tes awal dari intelegensi. Dia yakin bahwa pembalikan dari kutub manet menyebabkan orang yang dihipnotis dapat mengubah mood atau bahkan hyterical paralysis dari sisi kanan ke kiri. Baginya suggestibility dan atensi dapat mempengaruhi intelegensi.
Tahun 1896 dia dan Henry menerbitkan review tentang Individual Differences. Berisi pendapat bahwa untuk menganalisa inteligensi ialah dengan melihat proses mental yang lebih tinggi
seperti memori keputusan praktis.
Tahun 1904, Binet dan Simon membuat instrumen pengukur intelegensi dengan skala pengukuran level umum pada soal-soal mengenai kehidupan sehari-hari. Pada 1908 digunakanlah level konsep mental. Baru pada 1908 dan 1911 revisi kembali dilanjutkan.
Tes Binet-Simon Menguasai Dunia
Tes Binet-Simon banyak diaptasi oleh beberapa negara di Eropa dan Amerika. Goddard mengadaptasi tes itu untuk penilaian retardasi mental dan penyeleksian imigran di Illis Island, Amerika Serikat. Dia menyimpulkan bahwa intelegensi rata-rata dari para imigran rendah,munkin mencapai tingkat “Moron”, yang berarti “aneh” atau “gila” dalam bahasa Yunani.
Selain itu tes ini juga diadaptasi dalam bentuk non-verbal oleh Wechsler dan Koh dalam penilaian intelegensi. Tahun 1913 Pyle juga mengembangkannya dengan beberapa sub tes yaitu tes memori logika, pembetukan kata-kata, subtitusi, dan asosiasi bebas. Yerkes juga memakai tes ini saat perang dunia ke-2. Dia memakainya sebagai tes seleksi tentara “Army Alpha” (verbal) dan “Army Beta” (non-verbal). Kemudian Bingham, murid Yerkes, mencoba menganalisis data rasial orang-orang Amerika. Dia mendapat kesimpulan bahwa percampuran rasial tidak akan menghasilkan apa-apa, keculai hanya pada beberapa elemen, jika melihat hasil tes intelegensinya yang buruk.
Tes Mental serta Tes kecerdasan dan Kepribadian
Setelah perang dunia I dikembangkanlah tradisi konstruksi tes sehingga mengasilkan tes baru di Amerika Serikat. Di sana juga mulai dikembangkan SAT (Scholastic Aptitude Test) oleh Bingham  dan kawan-kawan pada 1925 dan dipublikasikan oleh Thurstone pada 1938. Yang kemudian seiring dengan penerapan teknik statistik menjadikan tes ini dapat dipakai secara luas untuk memecahkan beberapa masalah. Selain itu juga dikembangkan tes prestasi dan kepribadian dengan model “yes” or “no” question.

Perkembangan Abad 19 Sejarah singkat tentang Tes Psikologi
Psikodiagnostik adalah sejarah utama dari tes psikologi atau yang juga disebut psikometri. Kini, tes psikologi berisi satu set model matematis dengan satu atau beberapa item pertanyaan terhadap subyek penelitian. Selain itu tes itu juga dapat menggolongkan manusia berdasarkan karakteristiknya.
Tokoh yang cukup berperan adalah Spearman dan Pearson. Mereka sangat tertarik pada pengukuran intelegensi dan berhasil menemukan perhitungan korelasi statistik.
Sementara Weber dan Fechner (1830) adalah penemu terbesar hukum-hukum psychophysical. Weber membandingkan hubungan matematis antara persepsi dengan obyek riil pada panjang, lebar, dan beratnya. Sedangkan Fechner melengkapinya dengan pengukuran persepsi subyektif. Tahun 1860 Fechner memformulasikan hipotesis tentang perbedaan persepsi. Selain itu dia juga mengembangkan teori analisis kesalahan pada tes intelegensi pada 1890-1960, yang kemudian juga dikembangkan Gulliksen dengan teori tes mentalnya.
Lord dan Novick juga merupakan tokoh yang melengkapi teori tes klasik. Bukunya berjudul “Statistical Theories on Mental”. Goldstein dan Wood juga mengkritik tes psikologi modern yang lebih kepada teori statistik bukan modelling.
Perkembangan selanjutnya dibuatlah suatu standar internasional yang dibuat di Amerika Serikat berjudul “Standards for Psychological and Educational Test” yang digunakan sampai sekarang. Kini tes psikologi semakin mudah, praktis, dan matematis dengan berbagai macam variasinya namun tanpa meninggalkan pedoman klasiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Terlaak, J.J.F, (1996) Psychodiagnostics : Content and Method. Utrecht : Netherland.

No comments:

Post a Comment