Sejarah Psikodiagnostik
Penggunaan psikodiagnostik menurut sejarahnya memang
telah digunakan dalam berbagai periode waktu. Hal ini dimulai tahun 2200
sebelum masehi di Cina sampai dengan penggunaan yang lebih modern yaitu pada
abad 19.
Sejarah
Penggunaan
Psikodiagnostik di Cina
Pada tahun 2200
SM, memang belum ada istilah psikodiagnostik untuk menjelaskan berbagai hal
yang dilakukan untuk melakukan seleksi terhadap pegawai sipil kerajaan. Namun
demikian proses seleksi untuk memilih pegawai sipil, merupakan suatu penjelasan
awal bahwa psikodiagnostik telah digunakan sejak bertahun-tahun yang lalu.
Menurut Dubois
(1970 dalam Terlack) bahwa pada tahun 2200 sebelum masehi di Cina
memiliki sebuah sistem ujian untuk memilih pegawai sipil. Ujian tersebut
meliputi pengetahuan tentang ilmu klasik, masalah administrasi dan manajerial
yang ingin dipecahkan. Disini seorang kandidat harus memecahkan masalah yang
berbelit-belit dengan menggunakan pengetahuannya tentang ilmu klasik. Sedangkan
untuk pegawai militer, selain hal-hal tersebut diatas juga diadakan ujian
mengenai pengetahuan kemampuan bertempur dan membunuh lawan. Sementara itu,
selain menguji pengetahuannya, kekaisaran Cina juga menguji kebugaran fisiknya,
untuk memilih posisi yang penting.
Perkembangan Abad 19
Saat itu diagnosa psikologi dikaitkan dengan psikiatri
(ilmu penyakit jiwa). Psikiater adalah dokter medis yang harus berhadapan
dengan gangguan perilaku, kognitif, dan emosional dengan beberapa metodenya
masing-masing. Misalnya Rieger (tes intelegensi), Kraepelin (penilaian
kelelahan dan keletihan; tes kepribadian (Multiphasic Personality Inventory)),
Jung (asosiasi bebas), dan Rorschach (metode Inkblots untuk schizophrenia).
Pada awal abad 19 psikiatris memisahkan keterbelakangan
mental dari gangguan psikiatris.
Perkembangan Abad 19 Sejarah
Psikodiagnostik dipandang dari beberapa tokoh dan peristiwa yang berhubungan
Psikodiagnostik
sebenarnya telah berkembang seratus tahun yang lalu, walaupun disebutkan bahwa
Jermanlah tempat lahir psikodiagnostik dan psikologi. Perkembangan psikologi
sendiri juga didukung oleh Inggris, Prancis, dan Amerika. Misalnya Sir Francis
Galton (dikenal sebagai penemu tes mental dan bapak Psikometri), dan James M.
Cattel (tokoh Individual Differences).
Sebelum pertengahan abad 20 perang dunia ke-2 berlanjut.
Saat itu penyediaan mesin dilakukan secara besar-besaran untuk membunuh. Namun
hal itu tidak menjadi perhatian psikodiagnostik. Mereka memenuhi permintaan
masyarakat dalam hal penyeleksian orang di beberapa sektor serta pengembangan
tes.
Tes Pertama Galton (Non-practical)
Galton adalah orang pertama yang mengembangkan tes di
mana tujuan utamanya bukan tentang practical problem. Dia tertarik
dengan teori-teori Charles Darwin dan memfokuskan pada karakteristik msanusia
yang merupakan mental capacity. Mental capacity diukur menggunakan
suatu konsep waktu dan usia. Tahun 1883, ia menulis buku “Inquiries into
Human Faculty and Its Development” yang berisi langkah-langkah melakukan
tes. Ia memakai pengukuran fisik dan perilaku untuk mengukur fenomena seperti
kecantikan, kepribadian, dan pelajaran yang membosankan. Ia juga mengemukakan
prosedur untuk mengukur efektivitas doa.
Tes Mental James M. Cattel di Amerika Serikat
Sebelum akhirnya lebih memilih Galton sebgai gurunya
karena tertarik pada Individual Differences, Cattel pernah belajar
pada Wundt. Ia mengenalkan tes mantal yang merupakan perbaikan dari tes Galton.
Meskipun tampak aneh tes itu dapat mengukur secara akurat pada :
·
Kekuatan tangan dalam menggenggam
dinamometer
·
Kecepatan gerakan tangan pada 50 cm
·
Jumlah tekanan agar bisa merasakan sakit jika ujung karet yang keras
dipukulkan ke dahi, dll.
Menurutnya mustahil untuk membedakan antara energi tubuh
dengan energi mental. Tes pertamanya berfungsi mengukur konsekuensi psikofisik
dan bias indera.
Pengukuran Intelegensi Binet
Binet (1857-1911) selalu dihubungkan dengan tes awal dari
intelegensi. Dia yakin bahwa pembalikan dari kutub manet menyebabkan orang yang
dihipnotis dapat mengubah mood atau bahkan hyterical paralysis dari
sisi kanan ke kiri. Baginya suggestibility dan atensi dapat
mempengaruhi intelegensi.
Tahun 1896 dia dan Henry menerbitkan review tentang Individual
Differences. Berisi pendapat bahwa untuk menganalisa inteligensi ialah
dengan melihat proses mental yang lebih tinggi
seperti memori keputusan praktis.
Tahun 1904, Binet dan Simon membuat instrumen pengukur
intelegensi dengan skala pengukuran level umum pada soal-soal mengenai
kehidupan sehari-hari. Pada 1908 digunakanlah level konsep mental. Baru pada
1908 dan 1911 revisi kembali dilanjutkan.
Tes Binet-Simon Menguasai Dunia
Tes Binet-Simon banyak diaptasi oleh beberapa negara di
Eropa dan Amerika. Goddard mengadaptasi tes itu untuk penilaian retardasi
mental dan penyeleksian imigran di Illis Island, Amerika Serikat. Dia
menyimpulkan bahwa intelegensi rata-rata dari para imigran rendah,munkin
mencapai tingkat “Moron”, yang berarti “aneh” atau “gila” dalam bahasa Yunani.
Selain itu tes ini juga diadaptasi dalam bentuk
non-verbal oleh Wechsler dan Koh dalam penilaian intelegensi. Tahun 1913 Pyle
juga mengembangkannya dengan beberapa sub tes yaitu tes memori logika,
pembetukan kata-kata, subtitusi, dan asosiasi bebas. Yerkes juga memakai tes
ini saat perang dunia ke-2. Dia memakainya sebagai tes seleksi tentara “Army
Alpha” (verbal) dan “Army Beta” (non-verbal). Kemudian Bingham, murid Yerkes,
mencoba menganalisis data rasial orang-orang Amerika. Dia mendapat kesimpulan
bahwa percampuran rasial tidak akan menghasilkan apa-apa, keculai hanya pada
beberapa elemen, jika melihat hasil tes intelegensinya yang buruk.
Tes Mental serta Tes kecerdasan dan Kepribadian
Setelah perang dunia I dikembangkanlah tradisi konstruksi
tes sehingga mengasilkan tes baru di Amerika Serikat. Di sana juga mulai
dikembangkan SAT (Scholastic Aptitude Test) oleh Bingham dan
kawan-kawan pada 1925 dan dipublikasikan oleh Thurstone pada 1938. Yang
kemudian seiring dengan penerapan teknik statistik menjadikan tes ini dapat
dipakai secara luas untuk memecahkan beberapa masalah. Selain
itu juga dikembangkan tes prestasi dan kepribadian dengan model “yes”
or “no” question.
Perkembangan Abad 19 Sejarah
singkat tentang Tes Psikologi
Psikodiagnostik
adalah sejarah utama dari tes psikologi atau yang juga disebut psikometri.
Kini, tes psikologi berisi satu set model matematis dengan satu atau beberapa
item pertanyaan terhadap subyek penelitian. Selain itu tes itu juga dapat
menggolongkan manusia berdasarkan karakteristiknya.
Tokoh
yang cukup berperan adalah Spearman dan Pearson. Mereka sangat tertarik pada pengukuran intelegensi dan
berhasil menemukan perhitungan korelasi statistik.
Sementara Weber dan Fechner (1830) adalah penemu
terbesar hukum-hukum psychophysical. Weber membandingkan hubungan matematis
antara persepsi dengan obyek riil pada panjang, lebar, dan beratnya. Sedangkan
Fechner melengkapinya dengan pengukuran persepsi subyektif. Tahun 1860 Fechner
memformulasikan hipotesis tentang perbedaan persepsi. Selain itu dia juga
mengembangkan teori analisis kesalahan pada tes intelegensi pada 1890-1960,
yang kemudian juga dikembangkan Gulliksen dengan teori tes mentalnya.
Lord dan Novick juga merupakan tokoh yang melengkapi
teori tes klasik. Bukunya berjudul “Statistical Theories on Mental”.
Goldstein dan Wood juga mengkritik tes psikologi modern yang lebih kepada teori
statistik bukan modelling.
Perkembangan selanjutnya dibuatlah suatu standar
internasional yang dibuat di Amerika Serikat berjudul “Standards for
Psychological and Educational Test” yang digunakan sampai sekarang. Kini
tes psikologi semakin mudah, praktis, dan matematis dengan berbagai macam
variasinya namun tanpa meninggalkan pedoman klasiknya.
DAFTAR
PUSTAKA
Terlaak,
J.J.F, (1996) Psychodiagnostics : Content and Method. Utrecht :
Netherland.
No comments:
Post a Comment